bagaimana menurutmu terhadap blog ini?

Tuesday, March 6, 2018

Agar Engkau Mudah Dikenali Part 2



Agar Engkau Mudah Dikenali Part 2



Hello teman-teman semuanya, mungkin udah pernah baca blog saya sebelumnya yang berjudul  “Agar Engkau Mudah Dikenal Part 1”, nah kali ini saya ingin menuliskan sebuah pengalamanku yang berjudul sama dengan cerita yang berbeda.

Untuk 6 bulan kedepan, mulai bulan Januari 2018-Juni 2018 saya akan menetap sementara di Bali untuk magang disalah satu Sekolah Alam di Bali, di Bali yang kental dengan budaya yang sangat berbeda dengan kampung halaman serta mayoritas agama yang berbeda menjadi pengalaman yang sangat menarik selama enam bulan ini dan finally saya menjadi seorang minoritas lagi, yeay! 

Bagiku menjadi seorang minoritas itu adalah hal yang luar biasa, kita menguji kembali prinsip diri sendiri, sejauh apa mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, menjadi minoritias artinya belajar banyak hal dari kehidupan disekitar yang berbeda, menjadi minoritas berarti waktunya untuk mengaplikasikan makna kehidupan “dimana langit dipijak disitu langit dijunjung”, menjadi minoritas berarti kita harus mampu menahan hal-hal baru yang ada disekitar yang bergeser dengan prinsip hidup yang dianut, menjadi minoritas juga berarti harus mampu menghormati perbedaan orang-orang disekitar dengan cara yang baik.

Baiklah, kembali ke topik, “Agar Engkau Mudah Dikenali Part 2”. 

Dahulunya dulu sekali saya sering berpikir, enak sekali ya bisa menjadi seorang laki-laki muslim, apabila laki-laki muslim pergi keluar negeri atau ketempat dimana dia menjadi minoritas dia kemungkinan besar tidak akan di bully, dikarenakan identitas keagamaan yang dibawa tidak terlalu kelihatan seperti wanita muslim yang selalu menggunakan jilbal. Tetapi sejauh ini ketika saya menjadi minoritas baik disuatu tempat saya tidak diperlakukan dengan baik, seperti berkah yang saya ceritakan pada blog saya yang berjudul “agar engkau mudah dikenali part 1”.

Ketika siang itu, jam menunjukkan pukul 12.25 WITA. Itu tandanya untuk makan siang bersama di Sekolah. Pada hari itu menu makan siang tercium sangat lezat dan harum, ketika aku melihat menunya, yeay! Ada sup panas yang tersaji dengan sangat lezatnya di atas meja, dengan spontannya aku mengambil mangkok putih berisi sup itu, dan tiba tiba seorang Ibu yang bekerja di dapur dengan cepat menegurku, 

“eh eh yang kerudungan sini sini..........ini yang ayam” sambil menunjuk ke arah ayam yang berada diatas mangkok besar.

Sejenak aku terdiam, dengan langkah gontai aku pergi menuju piring yang berisi ayam, dan dengan polosnya aku bertanya “kok enggak boleh makan sup itu bu? Itu sup apa? “
“itu sup Babi!!” jawabnya tegas.

Lama aku terdiam dan rasa kelezatan sup yang telah sampai kekerongkonganku langsung menghilang.

Yah...aku tidak tahu, benar-benar tidak tahu, ya aku bersyukur dalam hati dan berterimakasih, untung saja aku menggunakan jilbab, sehingga aku mudah dikenali oleh Ibu dapur bahwa aku seorang muslim, sehingga iya bisa melarangku sebelum makanan tersebut masuk kedalam perutku ini, hehehe.

Sedangkan di lain hal, ketika aku mengambil makanan tersebut aku diikuti oleh temanku yang juga muslim, dia laki-laki, sehingga otomatis tidak menggunakan jilbab, dan wajahnya sedikit Chinese, tiba tiba dari belakang dia berkata “terimakasih Dian, untung aku ikutin jejak kamu kalo enggak aku udah salah ambil makanan”. Dilain hal, temanku yang  juga muslim tapi tidak ada identitas diri yang mewakilinya sangat rentan untuk salah makan ataupun salah minum, karena Ibu dapur sulit mendeteksi keIslaman temanku ini dikarenakan tidak berjilbab. Ya Alhamdulillah ku ucap syukur, aku yang dahulu berpikir bahwa menggunakan jilbab membuat kita mudah menjadi sasaran yang ingin membuli tapi ketika aku menjadi minoritas dan mampu menunjukkan identitas diri bahkan sangat membantuku dalam kegiatan sehari-harinya.