bagaimana menurutmu terhadap blog ini?

Friday, December 25, 2015

Tempat, Kenangan, dan Seseorang




Tempat, Kenangan, dan Seseorang

 by: Dian Montanesa 

Kemana langkahmu pergi? Pasti menuju suatu “tempat”
Dari suatu “tempat” akan muncul sebuah peristiwa yang akan menjadi sebuah “kenangan”, tempat serta peristiwa tersebut pasti melibatkan “seseorang”.
Seseorang yang bisa kita sebut sebagai teman, sahabat, keluarga, bahkan yang disebut dengan “seorang spesial”.

Ayo lupakan sosok “seorang spesial” kita kembali ke “seseorang”
 “seseorang” yang kita sebut disini bisa saja hanya kita yang menganggap “seseorang” itu ada, tetapi bisa jadi “seseorang” itu menganggap kita antara ada dan tiada, bahkan tak ada. Menyedihkan..
Tempat, kenangan, dan seseorang.. 3 hal ini sangat berhubungan satu dengan yang lain, contohnya, aku dan keluargaku dulunya pernah pergi mendaki persama ke Gunung Merapi-Bukittinggi, maka setiap kali aku pergi ke Bukittinggi, dan melihat Gunung Merapi, maka aku akan mengingat keluargaku, ketika aku pergi ke Bukittinggi dan melihat gunung Merapi yang berdiri kokoh pasti aku mengingat kenangan bersama keluarga.

Aku yakin dirimu pun juga begitu, pergi ke suatu “tempat” lalu langsung teringat pada sebuah “kenangan” dengan “seseorang”. Meskipun bisa jadi hanya engkau satu-satunya yang mengingat hal itu.

Lantas, tempat atau kota apa yang paling mengingatkan mu pada “seseorang”?

Friday, November 27, 2015

si Backpacker & si Ransel (edisi Puisi)



SI BACKPACKER DAN SI RANSEL
Karya: Dian Montanesa

Ransel sudah siap,
Semua barang telah lengkap
Jangan lupa siap-siap
Ransel siap untuk terbang

Tapi, kemana si Backpacker??
Tadi ada,
Sekarang pergi
Tadi pergi
Sekarang ada

Sayup-sayup ku dengar kabar
Si backpacker tadi sudah berangkat
Tapi, tidak membawa ransel,
Lalu dengan apa?
Dengan koper..

Si backpacker lebih suka pergi dengan koper
Katanya karena lebih rapi dan lebih “cantik”
Si backpacker lebih suka pergi dengan koper
Katanya lebih menarik dan lebih elegant

Si ransel tak kemana-mana
Karena tak ada yang membawa
Si ransel tak kemana-mana
Meskipun sudah siap, ransel hanya terletak

Si koper tertawa bahagia
Si ransel tergeletak tak bernyawa.

Tuesday, October 27, 2015

Ketika Malam Tak Lagi Gelap (edisi puisi)



Ketika Malam Tak Lagi Gelap
                                                                     
                                                                                                            by: Dian Montanesa

Ketika malam tak lagi gelap..
Ku melihat wajah keraguan..
Ketika malam tak lagi kelam..
Kumelihat wajah abu-abu bertebaran di udara..
Ketika malam tak lagi gelap
Ku hanya terdiam melihat kehampaan..
Ketika malam tak lagi kelam
Ku hanya diam membisu berbisik angin..

Malam ku dahulu dihiasi bintang
Malam ku dulu dilapisi awan hitam
Malam ku dulu bersih tak berdebu..
Kini? Malamku bertebaran debu putih..
Yang ntah sampai kapan kan berakhir..

Coba kau lihat malam ini, dibawah sorotan lampu jalan..
Apa yang kau lihat?
Partikel?
Ya partikel tersebut masih gentayangan di udara yang kita hidup..

Salah siapa?
Salah manusia!!
Salah siapa??
Salah manusia!!
Lantas apa??
Cepatlah bertobat!!
Lalu?
Agar kau tak menyesal di dalam tanah!!

Ini bukan lagi asap sembarang asap..
Ini bukan lagi kabut sembarang kabut..
Tetapi ini azab bagi manusia yang ragu kepada-Nya
Mohon maaf kepada-Nya, adalah satu-satunya cara..

Saturday, October 3, 2015

Hutanku Bukan Hutanmu (edisi puisi)



Hutanku, Bukan Hutanmu

By: Dian Montanesa 


Api dimana-mana
Panas membara
Manusia lupa
Bahwa ia seharusnya menjaga

Api dimana-mana
Kabut membutakan mata
Kabut menghalangi sinarnya
Menghalangi sinarnya menyinari bumi

Api dimana-mana
Tak ada yang sadar, bahwa kematian mengintai
Api dimana-mana
Di Sumatera, di Kalimanta, Sulawesi, di Jawa, hanya Irian yang tak tersentuh

Merah dimana-mana
Tanda api tak kunjung padam

Merah dimana-mana
Masyarakat mulai marah
Tapi apa daya hutan telah menjadi abu
Abu nan mematikan

Katanya ini negeri paru-paru dunia
Lantas mengapa dibakar?
Katanya ini negeri memiliki hutan yang dijaga
Lantas mengapa dibakar?
Apakah untuk kepentingan sebelah pihak?
Lalu mana kuasamu? Wahai Sang pemimpin?

Hutanmu bukan hutanmu,
Hutan ini milik bumi,
Hutanku bukan hutanku,
Hutan ini milik pencipta
Hutanmu dan  hutanku seharusnya dijaga
Bukan diberi warna merah
Yang artinya terbakar “selamanya”.

Kuingatkan sekali lagi, hutanmu bukan milikmu,