Para Penembus Garis Batas.
Para penembus garis batas tak memperhatikan merek jam tangan
apa yang kamu pakai.
Para penmbus garis batas tak menilai merek baju apa atau tas
apa yang kamu pakai
Para penembus garis batas tak memperdulikan berapa penghasilanmu berpulan.
Para penembus garis batas tak mempermasalahkan apa pekerjaan
orangtuamu.
Para penembus garis batas hanya menilai bagaimana cara
engkau menghargai orang lain.
Mengapa dunia kita dikotak-kotakkan?
Kenapa harus ada sebuah batasan?
Kenapa setiap wilayah dibatasi?
Kenapa beda pemimpin? Beda kekuasaan? Beda peraturan? Beda
batasan?
Tidak bisakah manusia saling membaur saja?
Mendobrak batas-batas tersebut?
Menerjang batas batas tersebut?
Menembus batas-batas tersebut?
Mengapa kita hidup berkoloni sesuai dengan kemiripan dan
kesamaan saja?
Mengapa kita hidup terkotak-kotakkan?
Tidak bisakah kita memiliki teman yang beragam?
Cobalah lihat di zona nyamanmu, engkau lihat ke arah kiri, lihat ke arah kanan, lihat kedepan, kulihat di belakang, oh wanita itu sama denganku, dari semua aspek, kulitnya cokelat, tingginya setara, agamanya sama, budayanya, bahasanya sama, oh zona nyaman begitu membosankan.
Kini ku coba dobrak batas batas tersebut, ku lintasi
beratus-ratus kilometer untuk mendobrak “garis batas” kini kulihat kanan, kiri,
depan, belakang, oh semua temanku tidak lagi mirip denganku, kulihat kedepan oh
rambutnya pirang, kulihat kesamping oh kulitnya putih langsat, kuliha kita
bergam, kita berbeda, kita bahagia, kita saling belajar, dan yang terpenting
kita manusia.
Manusia tidak harus dikotak-kotakkan sesuai kemiripan tubuhnya,
Mengapa begitu sulit bagi manusia untuk mendobrak garis
batas? Mengapa terlalu banyak yang takut unutk melewati garis batas tersebut?
Bukankah kita sebaiknya membaur dan membawa nilai yang telah ditanam didalam
diri masing-masing agar meskipun berbeda kita tetap tahu batasan?
Tak perlu cemas ketika melewati garis batas tersebut,
Yang perlu dicemaskan adalah ketika terus menerus merasa
benar didalam kotak keegoisan dan tidak mau melihat bagaimana nasib orang lain
yang terkotak-kotakkan diujung sana.
No comments:
Post a Comment