Keluarga Kecil Dari Tiongkok
Ini merupakan cerita ku beberapa
hari yang lalu ketika aku satu penerbangan dengan sebuah keluarga dari
Tiongkok. Penerbangan dari Bali menuju Jakarta memang banyak berisikan
penumpang turis dari mancanegara yang biasanya baru saja pulang berlibur. Kebetulan
pada hari itu di atas pesawat aku duduk
tepat di belakang kursi satu keluarga berasal dari negara Cina terdiri dari Ayah,
Ibu, dan seorang Anak laki-laki. Aku tahu ini adalah keluarga berasal dari Cina
karena perbincangan mereka mengingatkan ku beberapa waktu yang lalu ketika bulan
Juni 2017 aku dan bersama teman-temanku melakukan program short course di sana,
sehingga aku tahu aksen bicara mereka berasal dari Cina.
Aku suka dengan negara Tiongkok karena dahulunya aku pernah membaca buku karangan Agustinus Wibowo yang berjudul Titik
Nol. Di dalam buku tersebut menceritakan seorang anak muda yang terlahir dan besar di
Indonesia dan keturunan Tiongkok dan akhirnya melanjutkan S1 di Tiongkok dan
melakukan perjalanan ala backpacker mulai dari Cina lalu melintasi negara Timur
Tengah. Aku suka dengan cerita di dalam buku tersebut karena membuat imajinasi ku melayang ke daerah mempesona tetapi terkepung perang di negara-negara Asia Tengah.
Selanjutnya, Aku suka Cina karena peradabannya
yang maju dan diharapkan bisa menjadi contoh, bahkan nabi Muhammad SAW berkata
“Tuntunlah ilmu sampai ke negeri Cina”.
Aku ingin
menceritakan betapa terpesona nya aku dengan seorang bocah laki-laki berusia
kira-kira 4 tahun yang duduk tepat di depan kursi ku. Sepanjang perjalanan aku
memperhatikan sikapnya sembari tertawa-tertawa sendiri melihat tingkah-nya yang
lucu, penasaran dan imut.
Selama perjalanan dari Bali
menuju Jakarta kami melewati banyak pulau, selat, teluk, pegunungan,
perbukitan yang sangat cantik apabila dilihat dari atas pesawat, khatulistiwa terlihat begitu indah. Memang kebiasaanku apabila check
in memilih kursi yang paling tepi di samping jendela, karena
selama perjalanan aku tidak mau tidur, aku mau melihat alam Indonesia nan
mempesona dari atas pesawat yang terbang kira-kira setinggi 28.000 kaki.
Selama perjalanan bocah cilik
keturunan Tiongkok yang duduk di depan aku juga duduk di tepi jendela.
Ibunya duduk di tengah, dan si Ayah duduk di lorong, selama perjalanan si Ibu terlihat
capek hingga ia terlelap di atas meja yang terbuka, Ayah hanya
mengawai sisi anak sembari si anak selalu memberitahu Ibunya ketika ada
suatu hal yang membuat ia terpesona dari atas pesawat ketika melihat sesuatu di
bawah yang menarik perhatiannya.
Dari awal keberangkatan hingga
akhir perjalanan si Anak tidak henti-hentinya terpesona, terkadang ia menepuk punggung
Ibunya yang sedang terlelap dan memberi
tahu Ibunya “Lihatlah keluar Ibu, itu ada pulau kecil, pulau apa itu namanya?
Ibu coba lihat awannya indah sekali, Ibu itu ada Gunung, Gunung apa namanya?”
aku rasa arti ucapan anak tersebut, meskipun dalam bahasa Cina yang sebenarnya
aku tidak mengerti, tapi aku rasa itulah arti perkataan si Anak yang tak
henti-henti terkagum melihat Indonesia dari atas awan.
Sang ayah selalu menunjukkan kebahagiaan anak dengan mengangguk angguk membalas percakapan si Anak
yang satu arah saja sembari memberikan anak laki-laki itu biskuit. Semakin aduhai
kenikmatan si bocah tersebut, karena ia melihat keindahan Indonesia sembari
memakan biskuit coklat yang remah-rempahnya berserakan ke mana-mana.
Si Ayah tak menghardik anak untuk
tenang dan diam selama perjalanan, si Ayah membiarkan anaknya mengekspresikan
apa yang ia rasakan dan apa yang ia lihat. Sama dengan si Ibu yang terlihat kurang
sehat hanya diam dan menutup mata dan memberikan kebebasan kepada anaknya untuk
mengobservasi pesona Indonesia.
Aku rasa suatu hari kelak si Anak
akan menjadi traveler sejati, hahahha itu menurutku karena si anak begitu
takjub dengan melihat Indonesia dari atas dan rasa ingin tahu nya yang tinggi. Begitu
juga denganku, aku tak bosan-bosan melihat pulau Indonesia dari atas sembari
menebak aku sudah dimana yaa, “hmmm sepertinya di bawah itu sekarang ini aku di Banyuwangi,
oh itu ada pantai, sepertinya pantai itu berada di bagian utara pulau Jawa, apa
saja ya kota yang berada di bagian Utara Pulau Jawa, waah ada gunung , itu gunung
apa ya? Hmmm mungkin Gunung Bromo, wah ada danau, itu Danau dimana ya??”.
Semua percakapan atas sebuah penasaran juga hanya ku-ucapkan dalam hati sembari berimajinasi seandainya aku bisa berbahasa Cina ingin rasanya aku berdialog dengan bocah cilik ini tentang rasa penasaranku dan rasa penasarannya.
Semua percakapan atas sebuah penasaran juga hanya ku-ucapkan dalam hati sembari berimajinasi seandainya aku bisa berbahasa Cina ingin rasanya aku berdialog dengan bocah cilik ini tentang rasa penasaranku dan rasa penasarannya.
Si bocah cilik ini terlihat
begitu senang menikmati perjalanan dari Bali menuju Jakarta, tak sedetikpun dia
terlelap, tetapi terkadang ia menutup kaca jendelanya lalu membuka kembali lalu
memukul mukul kaca seolah-olah tangannya ingin menyentuh awan, oh so sweet
sekali ku berbisik dalam hati.
Ketika pesawat mendarat
kenikmatan mataku dan mata bocah cilik menelurusi Bali hingga
Jakarta pun berakhir, kami sudah puas melihat alam ini.
Si Anak, Ayah dan Ibu berlalu
begitu cepat ketika pesawat mendarat, padahal aku ingin menyapa mereka dengan
bahasa Cina “nihao” ya setidaknya itu saja yang aku ingat kata sapaan dalam
bahasa Cina.
Sampai jumpa, semoga suatu hari
nanti aku bisa menjelajah di Cina lagi di negerimu yang terlalu besar untuk
dikunjungi dalam sekali kunjungan saja, aku berharap aku bisa kesana lagi. See you
Negara Tirai Bambu J